Stasiun Surabaya Gubeng tampak depan
Stasiun Surabaya Gubeng adalah salah satu diantara tiga stasiun kereta api di kota Surabaya selain Stasiun Surabaya Kota dan Stasiun Pasar Turi. Stasiun Surabaya Gubeng merupakan stasiun terbesar dan menjadi tempat keberangkatan utama dari semua kereta api jalur selatan dan timur di kota Surabaya .Pada awalnya stasiun ini didirikan oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) pada tahun 1878 untuk keperluan mengangkut tentara.
Bangunan lama Stasiun Gubeng dibangun pada sisi barat rel dengan gaya aristektur Indische yang kental dengan ornamen besi tempa baik pada pinggiran atap maupun pada jalusi pintu dan jendela. Bangunan ini sudah mengalami beberapa kali renovasi, diantaranya atap peron yang direnovasi pada tahun 1905 dan atap bangunan lobby utama direnovasi pada tahun 1928. Setelah digunakan untuk waktu yang lama, pada tahun 1990 ditambahkan bangunan baru di sisi timur rel yang lebih luas untuk menampung pertumbuhan penumpang yang semakin tinggi.
Karakter arsitektur bangunan pintu masuk atau hall utama Stasiun Gubeng berkesan kokoh namun akrab karena adanya pintu dan jendela-jendela lengkung yang berderet di sepanjang teras bangunan sehingga memberikan kesan terbuka. Jendela-jendela dihias dengan jalusi ornamen besi berpola floral yang merupakan ciri seni dekorasi Art Nouveau yang populer pada akhir abad 18.
Arsitektur dan Ornamen yang terdapat di Stasiun Surabaya Gubeng
Puncak bangunan utama Stasiun ini, yang menjadi landmark dihias dengan ornamen besi pada pinggiran atap, moulding pada dinding dan jendela kaca bulat pada bagian tengah menciptakan nuansa klasik-tradisional.
Deretan pintu lengkung dan jendela-jendela besar pada bagian depan stasiun menciptakan kesan terbuka. Atap peron berupa struktur ringan dengan kolom-kolom besi profil yang mendukung atap pelana lebar dengan penutup seng. Selain memberikan kesan ringan, rangka-rangka besi profil tersebut sekaligus menjadi ornamen yang menciptakan karakter stasiun yang bernuansa klasik. Kesan terbuka dan merakyat pada bagian depan stasiun sepintas mirip suasana teras sebuah masjid.
Lengkungan diatas pintu yang bertumpu pada pilaster memberi kesan klasik. Terlihat konstruksi besi pada sambungan antara kolom dan rangka atap. Profil konsol besi dengan lubang-lubang di tengahnya merupakan gagasan cerdik memadukan efisiensi struktural dan estetika.
sumber: indonesianheritagerailway.com