Senin, 26 Desember 2011

Lokomotif B23 Penuh Kenangan


Kota Pare adalah salah satu Kecamatan di Kediri. Pada zaman dahulu, saat penjajahan Belanda dan di awal kemerdekaan denyut jalur kereta api di kota Pare masih terasa, akan tetapi saat ini sudah tidak ada sama sekali aktifitas yang berhubungan dengan perkeretaapian di kota ini. Hanya rel-rel di sepanjang jalan antara kota Kediri - Pare dan Jombang yang tersisa, itupun ada yang sudah putus, karena hilang entah dicuri atau bagaimana, ada juga yang tertutupi jalan, karena memang letak rel ini dekat dengan jalan raya yang menghubungkan jalur Kediri - Pare - Jombang.

Saat ini Stasiun Kereta Api di Kota Pare sudah beralih fungsi menjadi kawasan perdagangan. Untuk bagian dalam menjadi area pedagang (seperti pedagang burung, makanan burung, barang bekas, dsb). Sedangkan di bagian luar Stasiun, dijadikan warung-warung kuliner dan aneka toko.

Pada zaman dahulu (saat Penjajahan Belanda), Keuntungan finansial yang diperoleh perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg maatschappij (NIS) dari pengoperasian jalur kereta api rute Semarang - Solo - Yogyakarta dan Jakarta - Bogor memberi harapan baru kepada para pengusaha swasta yang telah berminat untuk menanamkan modal mereka dalam kegiatan jasa angkutan dengan menggunakan kereta api. Perusahaan kereta api swasta Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) mendapat konsensi dari pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1894 untuk membangun rel di sekitar kota Kediri, Jombang dan Pare. Konstruksi jalan rel pertama dibangun KSM pada rute Jombang - Pare - kediri (50 km) dan selesai dibangun pada tahun 1897.

Stasiun Pare merupakan kantor pusat dari KSM. Di stasiun ini juga terdapat dipo lokomotif. Pada tahun 1897 - 1900, KSM telah berhasil membangun jalan rel dengan total panjang 121 km. Untuk melayani rute ini, KSM mendatangkan lokomotif uap B23 dari pabrik Henschel (Jerman) pada tahun 1900 sebanyak 1 lokomotif saja. Lokomotif ini digunakan untuk menarik rangkaian kereta yang mengangkut hasil perkebunan dan penumpang pada rute jarak dekat. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tingkat produktifitas pertanian dan perkebunan di kota Kediri dapat dikatakan cukup besar, banyak tanah yang disewakan untuk menjadi lahan perkebunan.

loko B23

Lokomotif B23 memiliki susunan roda 0-4-0T. Lokomotif ini merupakan lokomotif yang memiliki dua silinder berdimensi 280 mm x 430 mm pada sisi luar dengan roda penggerak berdiameter 800 mm. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 25 km/jam. Berat keseluruhan adalah 16 ton. Lokomotif B23 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara.

Karena KSM mengalami kesulitan keuangan, maka lokomotif ini dipindahkan ke kota Madiun untuk dioperasionalkan di jalan rel milik perusahaan kereta api Staats Spoorwegen. Satu-satunya lokomotif seri B23 yang didatangkan di Indonesia adalah B23 01. Lokomotif B23 01 saat ini dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar